Archive for 2013

Meditasi Dan Manfaatnya


Semadi atau meditasi adalah praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari.Makna harfiah meditasi adalah kegiatan mengunyah-unyah atau membolak-balik dalam pikiran, memikirkan, merenungkan. Arti definisinya, meditasi adalah kegiatan mental terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup, dan perilaku.
Dengan kata lain, meditasi melepaskan kita dari penderitaan pemikiran baik dan buruk yang sangat subjektif yang secara proporsional berhubungan langsung dengan kelekatan kita terhadap pikiran dan penilaian tertentu.[3] Kita mulai paham bahwa hidup merupakan serangkaian pemikiran, penilaian, dan pelepasan subjektif yang tiada habisnya yang secara intuitif mulai kita lepaskan.Dalam keadaan pikiran yang bebasdari aktivitas berpikir, ternyata manusia tidak mati, tidak juga pingsan, dan tetapsadar.
Guru terbaik untuk meditasi adalah pengalaman. Tidak ada guru, seminar, atau buku-buku meditasi yang dapat mengajarkan secara pasti bagaimana seharusnya kita melakukan hidup bermeditasi. Setiap orang dapat secara bebas memberikan nilai-nilai tersendiri tentang arti meditasi bagi kehidupannya. Oleh karena hanya dengan mempraktekkan semadi dalam hidup, orang bisa merasakan manfaat suatu perjalanan semadi.Ada banyak arti tentang semadi, di antaranya adalah:
  1. Jalan untuk masuk dalam kesadaran jiwa.
  2. Jalan untuk introspeksi diri.
  3. Jalan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta.
  4. Jalan untuk mengubah hidup.
  5. Jalan untuk meraih ketenangan batin.

Manfaat dan kegunaan Meditasi (semadi)

Semadi atau meditasi sering diartikan secara salah, dianggap sama dengan melamun sehingga meditasi dianggap hanya membuang waktu dan tidak ada gunanya.Meditasi justru merupakan suatu tindakan sadar karena orang yang melakukan meditasi tahu dan paham akan apa yang sedang dia lakukan.
Manfaat meditasi yang kita lakukan bisa secara langsung maupun tidak langsung kita rasakan secara fisik.[Salah satu manfaat tersebut adalah kesembuhan yang kita peroleh, jika kita menderita sakit tertentu. Dari sudut pandang fisiologis, meditasi adalah anti-stres yang paling baik.Saat anda mengalami stres, denyut jantung dantekanan darah meningkat, pernapasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjaradrenalain memompa hormon-hormon stres.
Selama anda melakukan meditasi, detak jantung melambat, tekanan darah menjadi normal, pernapasan menjadi tenang, dan tingkat hormon stres menurun. Selama meditasi, lama-kelamaan Anda bisa mendengarkan denyutan jantung, bahkan lebih lanjut lagi Anda dapat mengkoordinasikan irama denyut jantung dengan irama keluar masuknya napas.Di masa lalu testimoni mengenai manfaat meditasi datang hanya dari orang-orang yang mempraktikkan meditasi.
Saat ini ilmu pengetahuan menunjukkan manfaat meditasi secara objektif. Riset atas para pendeta oleh Universitas Wisconsin menunjukkan bahwa praktik meditasi melatih otak untuk menghasilkan lebih banyak gelombang Gamma, yang dihasilkan saat orang merasa bahagia.
Dari penelitian terungkap bahwa meditasi dan cara relaksasi lainnya bermanfaat untuk mengatasi gangguan fungsi ginjal dengan meningkatkan produksi melatonin dan serotonin serta menurunkan hormon streskortisol.
Dr. Herbert Benson, seorang ahli jantung dari Universitas Harvard, adalah orang pertama yang dengan penuh keyakinan menggabungkan manfaat meditasi dengan pengobatan gaya barat.Secara ilmiah, ia menjelaskan manfaat-manfaat dari meditasi yang telah dipraktikkan orang selama berabad-abad.Manfaat meditasi:
  • Apabila anda secara rutin melakukan meditasi, organ-organ tubuh dan sel tubuh akan mengalami keadaan baik dan bekerja lebih teratur.
  • Mampu mengatur dan mengendalikan orang lain serta memaafkannya.
  • Mampu mengerti orang lain dan memaafkannya.
  • Selalu bertekun dalam hidup yang baik, sebagai pembawa berkat bagi sesama.
  • Mampu menerima suka dan duka, kesulitan, dan kebaikan hidup dengan baik.

Cara melakukan semadi 

Praktik semadi atau meditasi adalah alami dan bukanlan praktik baru atau impor di Indonesia.Ada banyak cara untuk bermeditasi, termasuk meditasi sebagai gerakan atau tarian dan meditasi atas bunyimusik, dan imajeri visual.[13] Ada yang melakukannya sambilbervisualisasi, ada yang melakukannya sambil berkontemplasi ke dalam sebuah konsep (misalnya tentang cintakasih sayang,persahabatan, atau Tuhan), ada yang melakukannya sambil merapal mantra atau melakukan afirmasi (meneguhkan diri dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang dapat memberikan motivasi), ada yang melakukannya sambil memandangi cahaya lilin, dan ada juga yang bermeditasi sambil mempertajam sensitivitas indra tubuh dan menghayatinya.
Untuk melakukan meditasi, Anda harus dapat menurunkan frekuensi gelombang otak terlebih dulu dengan cara relaksasi.[15] Kenali irama gelombang yang mengalir yang sering mengacaukan peningkatan kesadaran dalam meditassi agar dapat menemukan cara yang khas untuk membuatnya menjadi selaras.[16] Ada banyak buku bagus mengenai teknik bermeditasi, tapi berikut dasar-dasarnya:
  • Cari tempat yang tenang.
  • Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman.
  • Bagi sebagian orang duduk bersila terasa tenang. Anda boleh duduk di atas bantalan atau handuk. Anda juga bisa menggunakan kursi, tapi usahakan duduk hanya pada setengah bagian depan kursi. Ada orang-orang yang suka memakai handuk atau syal pada bahu untuk mencegah kedinginan.
  • Bahu Anda harus rileks dan tangan diletakkan di pangkuan.
  • Buka mata setengah tanpa benar-benar menatap apa pun.
  • Jangan berusaha mengubah pernapasan Anda biarkan perhatian Anda terpusat pada aliran napas. Tujuannya adalah agar kehebohan dalam pikiran Anda perlahan menghilang.
  • Lemaskan setiap otot pada tubuh Anda. Jangan tergesa-gesa, perlu waktu untuk bisa rileks sepenuhnya; lakukan sedikit demi sedikit, dimulai dengan ujung kaki dan terus ke atas sampai kepala.
  • Visualisasikan tempat yang menenangkan bagi Anda. Bisa berupa tempat yang nyata atau khayalan.
Waktu yang baik untuk melakukan meditasi adalah antara pukul 02.00-04.00 dini hari atau subuh.Namun, jika waktu tersebut tidak memungkinan maka dapat dipilih waktu yang cocok tanpa gangguan saat melakukan meditasi.

Leave a comment

Apakah Kita Harus Pasrah Terhadap Karma

Pemuda Subha menghadap Sang Buddha untuk menanyakan perbedaan nyata di antara umat manusia, "Apakah alasannya dan sebabnya, o Guru, kita jumpai di antara umat manusia ada yang berumur pendek dan berumur panjang, berpenyakit dan sehat, jelek dan rupawan , tak berpengaruh dan berpengaruh, miskin dan kaya, hina dan mulia, dungu dan bijaksana."

Sang Buddha bersabda : "Semua mahluk hidup mempunyai karma sebagai milik mereka, warisan mereka, sebab awal mereka, kerabat mereka, pelindung mereka. Karma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi." (Majjhima Nikaya, Cullakammavibhanga Sutta, 135)

Membaca uraian di atas tentang karma seolah-olah mencerminkan bahwa manusia itu haruslah pasrah dan menerima keadaan hidupnya. Di satu sisi memang mencerminkan kenyataan tersebut, namun dalam sudut pandang yang optimis, tidaklah seharusnya demikian. Sebagai manusia duniawi [prthagjana/puthujjana] , tentunya sangat sulit untuk kita dapat seluruhnya terbebas dari suatu perbuatan baik ataupun buruk. Meskipun kita merupakan tuan dari karma kita sendiri tetapi terbukti bahwa adanya faktor yang meniadakan atau yang menunjang berbuahnya karma yang dapat juga dipengaruhi oleh keadaan luar, lingkungan, kebiasaan, usaha yang tekun dan konsentrasi pikiran yang baik.

Dalam kehidupan Buddha Gautama juga tercatat banyak penjahat dan bahkan pelacur yang karena `dicerahkan' oleh Yang Telah Tercerahkan, maka seketika dapat mencapai tingkat kesucian batin tertentu.

Sang Buddha mencerahkan Angulimala, seorang perampok jalanan dan pembunuh yang mempunyai hobby koleksi kelingking manusia yang dibunuhnya, pada suatu saat bertemu Sang Buddha dan bermaksud menggenapkan koleksinya menjadi 1000 buah. Maka diapun menghadang Sang Buddha dan bermaksud membunuhNya. Angulimala yang terkenal lincah dalam bergerak, tetap tidak bisa menyentuh tubuh Sang Buddha yang kelihatan sama sekali tidak bergeming. Karena kecapaian, akhirnya Angulimala bertanya kenapa Sang Buddha bisa bergerak begitu cepat, yang oleh Sang Buddha dijawab, "Wahai Angulimala, Aku sudah daritadi tidak bergerak, engkaulah yang masih terus bergerak." Angulimala yang mendengarkan perkataan Sang Buddha ini akhirnya berubah seketika dan menjadi pengikut Sang Buddha yang mampu mencapai tingkat Arahat.

Alavaka, setan yang kejam yang hobby memakan daging manusia, sesudah bertemu Sang Buddha dapat menghentikan kebiasaan memakan daging dan mencapai tingkat kesucian pertama.

Ambapali, seorang pelacur dapat terbersihkan pembawaannya setelah bertemu Sang Buddha dan mencapai tingkat Arahat.

Contoh-contoh tersebut di atas memperlihatkan bahwa betapa besarnya Kasih Sayang seorang Yang Telah Tercerahkan, mampu membimbing dan memberikan "Pencerahan Seketika" kepada setiap makhluk hidup . Dalam tradisi Buddhisme Tantrayana/Vajrayana Tibet dan beberapa aliran spiritual yang diturunkan dari India oleh para Satguru, menganut hubungan spiritual guru dan murid, juga dipercayai adanya kemampuan seorang guru Yang Telah Tercerahkan untuk menciptakan kondisi, menarik atau mematangkan karma perintang seorang murid yang terakumulasi dari kehidupan sebelumnya, dengan tujuan agar murid bersangkutan tidak mengalami rintangan karma dalam kehidupan spiritualnya saat ini untuk mencapai pencerahan. Ajaran Sang Buddha yang bersifat esoterik (rahasia) sebagaimana yang dianut oleh tradisi Buddhisme Tantrayana/Vajrayana memungkinkan hal ini dilakukan, baik melalui suatu upacara pengangkatan (inisiasi) hubungan guru dan murid ataupun melalui cara meditasi dan pembacaan mantra. Terlepas dari itu semua, kepercayaan [sraddha/saddha] tetap memegang peranan penting.

Proses Bekerjanya Karma

Memang proses bekerjanya karma tidak dapat kita amati atau dibuktikan secara ilmiah, namun prinsip bahwa kita akan menuai sesuai dengan apa yang kita tanam itulah yang penting untuk kita renungkan. Proses bekerjanya karma hanyalah dapat dipahami sepenuhnya oleh seorang Buddha atau Yang Telah Tercerahkan.

Untuk mengetahui karma dari kelahiran kita sebelumnya, maka renungkanlah berbagai kejadian baik berupa penderitaan [dukkha] ataupun kebahagiaan [sukkha] yang menimpa kita dalam kehidupan saat ini. Sehingga kita tidak tersudut ke dalam suatu kondisi dimana kita harus mencela orang lain sewaktu menderita ataupun terlalu menjunjung orang lain sewaktu kita berbahagia. Karma yang berbuah dalam kehidupan ini apakah menghasilkan kebahagiaan ataupun penderitaan haruslah kita syukuri sebagai makin berkurangnya timbunan karma kita sehingga makin terbukalah peluang untuk kita keluar dari arus kelahiran dan kematian. Namun demikian kitapun tidak perlu terjebak pada sikap pesimistik dengan menyalahkan kehidupan sebelumnya yang menciptakan karma buruk pada kehidupan saat ini karena Buddhisme tidak mengajarkan fatalisme yaitu suatu sikap yang menyalahkan segala sesuatu kejadian sebagai kodrat, takdir ataupun nasib. Buddhisme mengajarkan suatu tuntunan buat kita untuk melihat kehidupan saat ini sebagai alam kehidupan yang memungkinkan manusia untuk berlatih diri keluar dari lingkaran kehidupan dan kematian.

Untuk memahami kondisi bekerjanya karma sebagai suatu Hukum Sebab Akibat, kita dapat memulainya dengan mengenali adanya hukum yang bekerja di alam semesta ini. Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Dighanikaya Atthakatha II-432, dapat ditemui adanya Lima Hukum Alam [Pancaniyama Dhamma], yaitu:
1. Utu Niyama, yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan suhu, contohnya gejala timbulnya angin dan hujan, bergantinya musim, perubahan iklim, sifat panas, dan sebagainya.
2. Bija Niyama, yaitu hukum sebab-akibat mengenai biji-bijian, contohnya sesawi berasal dari biji sesawi, gula berasal dari tebu, dan sebagainya.
3. Karma Niyama [Kamma Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan perbuatan, contohnya perbuatan baik akan menghasilkan akibat baik, dan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat buruk.
4. Citta Niyama, yaitu hukum sebab-akibat yang berkiatan dengan hasil pikiran, misalnya proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat kesadaran, kekuatan batin, telepati, kemampuan membaca pikiran orang lain, kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi, dan sebagainya.
5. Dharma Niyama [Dhamma Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan gravitasi, berupa gejala alam yang menandai akan terlahirnya atau meninggalnya seorang Bodhisattva ataupun seorang Buddha.

Hukum Karma [Kamma Niyama] merupakan salah satu dari Hukum Alam tersebutdi atas yang terjadi karena prinsip Hukum Sebab dan Akibat, dimana setiap suka ataupun duka pasti ada penyebabnya. Tiada sebab maka tiada akibat. Segala penderitaan akan dapat dihindari apabila dapat diketahui sebabnya. Penyebab tunggal dari segala bentuk penderitaan adalah kemelekatan terhadap nafsu keinginan duniawi.

Terdapat cukup banyak cara menggolongkan Hukum Karma, dan berikut disampaikan beberapa jenis penggolongan Hukum Karma tersebut.

Menurut masa berlakunya, dapat diurut sebagai berikut :
1. Karma yang berlaku segera [ditthadhammavedaniya kamma]
2. Karma yang berlaku sesudahnya [upapajjavedaniya kamma]
3. Karma yang berlaku untuk jangka waktu tidak terbatas [aparapariyavedaniya kamma]
4. Karma yang kadaluarsa [ahosi kamma]

Menurut fungsinya [kicca] karma, maka dapat digolongkan atas :
1. Karma penghasil [janaka kamma]
2. Karma penunjang [upatthambaka kamma]
3. Karma pelemah [upapidaka kamma]
4. Karma penghancur [upaghataka kamma]

Sedangkan penggolongan karma menurut urutan akibatnya [vipakadanavasena], dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Karma yang berat [garuka kamma]
2. Karma menjelang kematian [asanna kamma]
3. Karma kebiasaan [acinna kamma]
4. Karma yang bertimbun [katatta kamma]

Beberapa perbuatan berikut akan menghasilkan karma baik:
1. Selalu bersifat kedermawanan [dana]
2. Menjaga moralitas yang baik [sila]
3. Senantiasa melakukan meditasi [bhavana]
4. Melakukan penghormatan [apacayana]
5. Pengabdian yang mendalam [veyyavacca]
6. Senantiasa mengirim jasa kepada makhluk yang menderita [pattidana]
7. Berbahagia atas perbuatan baik dari pihak lain [anumodana]
8. Mendengarkan Dharma [dhammasavana]
9. Membabarkan Dharma [dhammadesana]
10.Meluruskan pandangan salah [ditthijjukamma]

Sebagai Buddhis yang mempercayai hukum karma maka kita tidak perlu mencela orang lain yang melakukan perbuatan paling jahat sekalipun, karena selain mereka juga akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, juga mereka tidak akan dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya sendiri.

Sang Buddha bersabda : " Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun, juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya" (Dhammapada, 127)

Leave a comment

HUKUM-HUKUM Dalam Agama Buddha

Sang Buddha bersabda : " Sesuai dengan benih yang ditanam, itulah buahyang akan Anda peroleh. Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan. Pelaku keburukan, memperoleh keburukan. Jika Anda menanamkan benih yang baik, maka Anda menikmati buah yang baik." (Samyutta Nikaya I, 227).

Ketika seseorang sedang bahagia dan bersuka cita, dia cenderung menilai hidup ini menyenangkan. Tetapi jika seseorang sedang menderita, maka dia akan menilai hidup ini sangat sulit, sehingga dia akan mulai mencari alasan dan cara untuk menanggulangi kesulitan tersebut.

Kita cenderung bertanya, kenapa ada yang dilahirkan miskin dan menderita, sedangkan yang lainnya dilahirkan dalam berbagai keberuntungan. Kita merasa tidak mampu untuk bisa hidup sebagaimana yang diidamkan, yaitu mengalami hidup yang selalu bahagia. Sebagian orang percaya bahwa ini karena nasib, kesempatan, atau suatu kekuasaan yang tidak kelihatan diluar pengendalian kita. Akibatnya kita cenderung menjadi bingung dan putus asa. Bagaimanapun Sang Buddha mampu menjelaskan kenapa ada orang yang dilahirkan berbeda keadaannya, dan kenapa sebagian orang lebih beruntung dalam menjalani kehidupan dari yang lainnya.

Sang Buddha mengajarkan, bahwa suatu kondisi yang terjadi sekarang apakah bahagia atau menderita adalah merupakan hasil akumulasi perbuatan yang dilakukan sebelumnya atau disebut karma. Sang Buddha mengatakan bahwa semua makhluk hidup mempunyai karma mereka sendiri, warisan mereka , sebab awal mereka, kerabat mereka, pelindung mereka. Karmalah yang membedakan setiap makhluk hidup itu dalam keadaan rendah atau tinggi.

Karma berasal dari kata Sanskerta [Pali; kamma] yang berarti tindakan, pekerjaan atau perbuatan. Setiap perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan dengan suatu tujuan atau niat dapat disebut karma. Karma berarti suatu kehendak atau niat [cetana] yang baik [kusala] dan buruk [akusala]. Setiap tindakan yang kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat maka akan menciptakan karma.

Sang Buddha bersabda :"Aku nyatakan, O para Bhikkhu, bahwa niat [cetana] itulah Kamma, dengan niat seseorang bertindak melalui badan jasmani, ucapan dan pikiran." (Anguttara Nikaya III,I-117).

Dengan kata lain, Karma merupakan suatu hukum moral sebab-akibat, suatu hukum alam dimana menjelaskan bahwa setiap tindakan akan membuahkan hasil tindakan tertentu atau buah karma [karma vipaka] . Sehingga apabila seseorang melakukan perbuatan mulia seperti memberikan sumbangan kepada suatu yayasan kemanusiaan, maka dia akan merasakan kebahagiaan. Sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu perbuatan yang tercela, misalnya membunuh makhluk hidup, maka dia akan merasakan penderitaan. Sehingga dapat disimpulkan, akibat dari perbuatan karma sebelumnya menentukan keberadaan orang tersebut pada kehidupan saat ini. Karma dapat dikategorikan menurut matangnya, yaitu karma yang matang pada kehidupan ini, karma yang matang pada kehidupan berikutnya dan karma yang matang pada beberapa kehidupan yang akan datang.

Sang Buddha bersabda : " Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatan jahatnya telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk. Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk selama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik." (Dhammapada, 119-120).

Tiga komponen yang merupakan pelaku utama karma adalah tubuh fisik, ucapan dan pikiran. Contoh karma yang dilakukan oleh tubuh fisik, yaitu membunuh, mencuri dan berjinah. Contoh karma yang dilakukan oleh ucapan, yaitu berbohong, membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat, memfitnah dan berbicara kasar. Sedangkan contoh karma yang dilakukan oleh pikiran adalah keserakahan, kebencian dan khayalan. Karma dapat dibedakan atas karma yang bermanfaat, karma yang tidak bermanfaat dan karma yang bukan bermanfaat maupun tidak bermanfaat.

Akibat dari karma buruk adalah tumimbal lahir di tiga alam penderitaan (neraka, hantu kelaparan dan binatang). Contoh karma buruk yang dapat menyebabkan seseorang terlahir di alam neraka antara lain: membunuh orangtua kandung, membunuh orang suci/ Arahat/ Bodhisattva, dan melukai Buddha. Sedangkan akibat dari karma baik adalah tumimbal lahir di alam manusia atau surga. Sedangkan para Buddha, Arahat dan Bodhisattva yang sudah mencapai Pencerahan Sempurna memperoleh karma tidak bergerak, namun Bodhisattva yang karena welas-asihnya untuk menyeberangkan semua makhluk yang menderita dapat saja bertumimbal lahir lagi di alam manusia .

Sebab utama timbulnya karma adalah karena ketidak-tahuan [avidya/avijja] atau ketidak-mampuan untuk memahami segala sesuatu sebagaimana adanya. Nafsu keinginan [tanha] juga merupakan akar timbulnya karma. Perbuatan seseorang walaupun dilandasi oleh tiga akar kebajikan yaitu kedermawan [alobha], kehendak baik [adosa] dan pengetahuan [amoha], tetap dapat dianggap sebagai karma karena dua unsur penyebab karma yaitu ketidak-tahuan dan keinginan masih melekat dalam dirinya. Hanya perbuatan baik dari Jalan Kesadaran [maggacitta] yang dapat dipandang sebagai proses untuk menghancurkan akar sebab-akibat karma tersebut.

Leave a comment

Hukum Karma Dalam Ajaran Budha


Hukum Karma
Kamma(bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil, dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya.
Semua perbuatan yang dilakukan atau disertai dengan kehendak berbuat (cetena) merupakan Kamma. Kehendak dapat berarti keinginan, kemauan, kesengajaan atau adannya rencana berbuat.
Sang Buddha bersabda: “O, Bhikkhu! Kehendak berbuat (cetena) itulah yang kami namakan Kamma.” (Anguttara Nikaya III : 415)
Perbuatan yang tidak mengandung unsur kehendak dengan sendirinya tidak tergolong Kamma yang dapat menimbulkan akibat atau hasil perbuatan:
1.      Perbuatan yang netral murni, misalnya duduk, berdiri, berjalan, tidur, melihat dan lain-lain menurut keadaan yang wajar.
2.      Perbuatan-perbuatan yang kelihatan baik atau jahat, namun tidak disertai kehendak. Misalnya:
1.      Waktu berjalan, ada semut yang terinjak mati
2.      Tanpa disadari, uangnya jatuh dan dipungut oleh seorang cacat yang amat memerlukan uang
Semua perbuatan akan menimbulkan akibat dan semua akibat akan menimblkan hasil perbuatan. Akibat perbuatan disebut kamma-vipaka, dan hasil perbuatan disebut kamma-phala.
Dari segi perbuatan atau salurannya, kamma dibedakan atas:
Mano-kamma = perbuatan pikiran
Vaci-kamma = perbuatan kata-kata
Kaya-kamma = perbuatan badan jasmani
Sedangkan menurut sifatnya, kamma dapat dibagi menjadi dua bagian:
1.      Kusala-kamma = perbuatan baik
2.      Akusala-kamma = perbuatan jahat
Kusala-kamma berakar dari kusala-mula, 3 akar kebaikan:
Alobha : tidak tamak
Adosa : tidak membenci
Amoha : tidak bodoh
Akusala-kamma berasal dari akusala-mula, 3 akar kejahatan:
Lobha : ketamakan
Dosa : kebencian
Moha : kebodohan
Jadi Hukum Karma adalah hukum perbuatan yang akan menimbulkan akibat dan hasil perbuatan (kamma-vipaka dan kamma-phala), Hukum kamma bersifat mengikuti setiap Kamma, mutlak-pasti dan harmonis-adil.
Klasifikasi Kamma:
·         Kamma menurut fungsinya
·         Kamma menurut kekuatannya
·         Kamma menurut waktunya.
PEMBAGIAN KARMA MENURUT FUNGISNYA:
1.      Janaka-kamma: Kamma yang berfungsi menyebabkan timbulnya suatu syarat untuk kelahiran makhluk-makhluk.
Tugas dari Janaka-kamma adalah melahirkan Nama-Rupa:
Janaka-kamma melaksanakan Punarbahava, yaitu kelahiran kembali dari makhluk-makhluk di 31 alam kehidupan (lapisan kesadaran) sebelum mereka mencapai pembebasan Arahat.
2.      Upatthambaka-kamma: Kamma yang mendorong terpeliharannya suatu akibat dari suatu sebab yang telah timbul. Mendorong kusala atau akusala-kamma yang telah terjadi agar tetap berlaku.
3.      Upapilaka-kamma: Kamma yang menekan kamma yang berlawanan agar mencapai kesetimbangan dan tidak membuahkan hasil. Kamma ini menyelaraskan hubungan antara kusala-kamma dengan akusala-kamma.
4.      Upaghataka-kamma: Kamma yang meniadakan atau menghancurkan suatu akibat yang telah timbul, dan menyuburkan kamma yang baru. Maksudnya kamma yang baru itu adalah garuka-kamma, sehingga akibatnya mengatasi semua kamma yang lain.
PEMBAGIAN KAMMA MENURUT KEKUATANNYA:
Garuka Kamma
Adalah kamma yang berat dan bermutu. Akibat dari kamma ini dapt timbul dalm atu kehidupan, maupun kehidupan berikutnya. Garuka kamma terdiri dari:
a. Akusala-garuka-kamma
b. Kusala-garuka-kamma
Akusala-garuka-kamma
Kamma yang berat terdiri dari 2 kelompok, yaitu:
1.      Niyatamicchaditthi, yaitu pandangan yang salah. Maksudnya memandang yang salah adalah benar dan yang benar diartikan salah. Terdapat 10 pandangan hidup yang salah:
1.      Tidak murah hati. Tidak pemaaf atau tidak suka menolong kesukaran orang/makhluk lain.
2.      Tidak mengerti faedah berdana. Mengangap bahwa berdana adalah suatu kebodohan yagn tidak ada hasilnya.
3.      Tidak memberikan hadiah pada tamu. Tamu adalah seorang atau sekelompok orang yang kedatangannya membahagiakan kita atau yang kedatangannya kita harapkan. Memberikan hadiah pada tamu yang dewasa ini di kota terutama berarti memberikan minuman.
4.      Perbuatan baik atau perbuatan jahat dianggap tidak ada hasil atau akibatnya. Seorang yang yakin perbuatan baik akan membawa hasil tentu berusaha menambah kebaikan pada setiap kesempatan di manapun ia berada, dan sebaliknya berusaha menghndari perbuatan yang salah setiap kali akan dilakukan.
5.      Tidak percaya pada dunia ini, tidak percaya akan kebenaran Dhamma, hukum-hukum kesunyataan; yaitu kelompok manusia yang penuih dengan kekecewaan, kebencian, ketamakan, dan kebodohan.
6.      Tidak percaya pada dunia yang akan datang; tidak percaya akan tumimbal lahir, kehidupan yang akan datang.
7.      Tidak mengerti fungsi seorang ibu, dan
8.      Tidak mengerti fungsi ayah, menganggap tidak membawa akibat apapun yang dilakukan pada mereka.
9.      Tidak mempercayai adanya makhluk yang mati atau yang dilahirkan kembali.
10.  Tidak melakukan disiplin menyendiri (khusus untuk para Buddha/Arahat)
2.      Pancanantariya-kamma, yaitu 5 perbuatan durhaka.
1.      Membunuh ayah
2.      Membunuh ibu
3.      Membunuh seorang Arahat
4.      Melukai seorang Buddha
5.      Memecah belah Sangha
Mereka yang melakukan salah satu dari 5 perbuatan durhaka di atas, setelah meninggal akan lahir di alam Apaya (duka/rendah), yaitu alam neraka, binatang, setan dan raksasa.
Kusala-garuka-kamma
Adalah perbuatan “bermutu”, yaitu dengan bermeditasi , hingga mencapai tingkat kesadaran jhana. Ia akan dilahirkan di alam sorga atau lapisan kesadaran yang tinggi, yang berbentuk atau tanpa bentuk (16 rupa-bhumi dan 4 arupa-bhumi)
2.      Asanna-kamma
Kamma yang dilakukan sebelum saat mati seseorang, baik lahir maupun batin, terutama dengan pikiran. Misalnya memikirkan perbuatan baik atau jahat yang telah dilakukan di masa lalu. Jadi mempunyai pikiran yang baik di kala akan meninggal adalah merupakan hal yang penting, yang akan menentukan bentuk kehidupan berikutnya menjadi lebh baik. Asanna-kamma berlaku apabila tidak melakukan garuka-kamma.
3.      Acinna-kamma atau Bahula-kamma
Apabila seorang dalam hidupnya tidak melakukan garuka-kamma dan di saat akan meninggal tidak pula melakukan Asanna-kamma, maka yang menentukan corak kelahiran berikutnya adalah acinna-kamma. Acinna-kamma atau Bahula-kamma adalah kamma kebiasaan, baik dengan kata-kata, perbuatan maupun pikiran. Walaupun seorang hanya sekali berbuat baik, namun karena selalu diingat, menimbulkan kebahagiaan hingga menjelang kematiannya, hal ini akan menyebabkan kelahiran berikutnya mnjadi baik. Demikian juga seorang yang hanya seklain bernuat jahat, karena selalu diingat menimbulkan kegelisahan hingga akhir hidupnya, sehingga akan lahir di alam yang tidak baik. Oleh karena itu apabila kita pernah berbuat jahat, maka perbuatan jahat itu harus dilupakan; demikian pula sebaliknya kalau kita pernah berbuat baik, perbuatan itu perlu selalu diingat.
4.      Katatta-kamma
Bila seorang tidak berbuat Garuka-kamma, Asanna-kamma atau Acinna-kamma, maka yang menentukan bentuk kehidupan berikutnya adalah katatta-kamma, yaitu kamma yang ringan-ringan, yang pernah diperbuat dalam hidupnya.


Leave a comment

Kata Kata Bijak Penuh Makna


Kata Kata Bijak Penuh Makna

Kali ini admin memberikan kata kata bijak yang sama halnya dengan kata mutiara penyejuk hati, kata kata cinta romantis yang sangat indah, dan kata lucu dan gokil, kali ini admin akan berikan lebih dari satu kata bijak dari para tokoh dunia. kata bijak ini dapat kamu pakai jadi bahan sms pada rekan atau jadi bahan status di jejaring sosial.

kumpulan kata kata bijak dibawah ini di rangkum dari beraneka sumber dan media di internet. silakan dikaji, semoga kata kata bijak ini bisa memberikan nilai makin berbentuk pencerahan, semangat, keberhasilan dan ketenangan batin didalam hidup anda.
  • setiap waktu didalam hidupmu yaitu seperti gambar yang belum sempat tampak, dan gambar yang tak lagi sempat tampak lagi. jadi, nikmati hidupmu dan menjadikan tiap-tiap momen jadi indah.
  • janganlah mengakibatkan kerusakan apa yang kau memiliki saat ini mengejar suatu hal yang mustahil kau memiliki. karena, apa yang ada padamu sekarang ini mungkin saja adalah di antara dari banyak perihal yang sangat kau impikan.
  • bila kamu berdoa, janganlah menghendaki kehidupan yang gampang, namun mintalah pada tuhan buat menjadikanmu pribadi yang kuat.
  • hidup itu layaknya mengendaradi sepeda. buat melindungi keseimbangan, sepeda kudu terus berjalan. demikian pula hidup ini.
  • rayakanlah tiap-tiap hari didalam hidupmu dikarenakan sebenarnya hari esok akan datang amat cepat.
  • pendidikan tidaklah persiapan buat hidup karena pendidikan yang sebenarnya yaitu kehidupan itu sendiri.
  • tak ada perihal yang lebih lembut dari kemampuan, dan tak ada perihal yang lebih kuat dari kelembutan.
  • orang bebal senantiasa mengira bahwa tuhan ada di sampingnya. sebaliknya, orang bijak senantiasa berupaya mendekatkan diri pada tuhan.
  • senyuman adalah perihal kecil yang bisa membuat hidup ini jadi lebih gampang.
  • hidup lewat jalur tanpa kendala amat jarang berujung pada keberhasilan.
  • kesenanagan terbesar didalam hidup ini yaitu melakukan perihal, di mana orang lain berasumsi bahwa kita tidak dapat lakukan perihal tersebut.
  • “alasan kenapa seseorang tidak sempat menggapai cita-citanya yaitu dikarenakan dia tidak mendefinisikannya, tidak mempelajarinya, dan tidak sempat serius berkeyakinan bahwa cita-citanya itu bisa dicapai” ( dr denis waitley, ahli semangat dan penulis buku-buku self-help )
  • “saya mempunyai tiga harta. jaga dan peliharalah : cinta yang didalam, kesederhanaan, ketidakberanian memenangkan dunia. dengan cinta yang didalam, seseorang akan jadi pemberani. dengan kesederhanaan, seseorang akan jadi dermawan. dengan ketidakberanian memenangkan dunia, seseorang akan jadi pemimpin dunia” ( lao-tzu, filsuf china )
  • “anda kudu lakukan suatu hal yang anda pikir tidak akan dapat anda lakukan” ( eleanor roosevelt, mantan ibu negara as )
  • “keyakinan adalah satu pengetahuan didalam hati, jauh tidak terjangkau oleh bukti” ( kahlil gibran, pujangga )
  • “orang yang sangat repot amat jarang dapat mengubah pendapatnya” ( friedrich nitezche ( 1844-1900 ), filsuf jerman )
  • “rasa bahagia dan tidak bahagia bukan hanya datang dari apa yang anda memiliki, bukan hanya pula datang dari siapa diri anda, atau apa yang anda lakukan. bahagia dan tidak bahagia datang dari pikiran anda” dale carnegie ( 1888–1955 ), ahli motivasi-penulis as
  • “sakit didalam perjuangan itu cuma sedang. mungkin saja anda rasakan didalam semenit, sejam, 1 hari, atau 1 tahun. tetapi bila menyerah, rasa sakit itu akan merasa selamanya”
  • banyak kegagalan didalam hidup ini karena orang-orang tidak mengerti betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan waktu mereka menyerah. – thomas alva edison
  • jadilah diri anda sendiri. siapa lagi yang dapat mengerjakannya semakin baik daripada diri anda sendiri ? – frank giblin, ii
  • kebanggaan kita yang terbesar yaitu bukan hanya tidak sempat gagal, namun bangkit kembali setiap saat kita jatuh. – confusius

Leave a comment

Ajaran Dharma

Ajaran Dharma yang hanya didengar,
tidak akan jelas tujuannya.
Ajaran Dharma yang hanya dilihat,
tidak akan tampak kebenarannya.
Ajaran Dharma yang hanya diketahui,
tidak akan berguna dalam kehidupan.
Ajaran Dharma yang hanya dipelajari,
tidak akan membantu pembinaan spiritual.
Ajaran Dharma harus dipahami,
sehingga manfaatnya akan terungkap.
Ajaran Dharma harus dibina,
sehingga manfaatnya dapat terasakan.
                                        ( Jakarta, 1999)
Ajaran Dharma Mulia diturunkan oleh Bunda Mulia, sebagai suatu ajaran yang harus dipahami. Untuk dapat memahami suatu ajaran, dibutuhkan suatu pembinaan yang tekun. Dimana untuk dapat memahami suatu ajaran Dharma, maka harus membina ajaran dharma secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita akan menjadikan ajaran dharma sebagai bagian dari diri sendiri yang tidak terpisahkan.
Dengan ketekunan yang sungguh-sungguh dalam pembinaan kehidupan spiritual, kita akan dapat lebih memahami intisari ajaran-ajaran dharma yang sesungguhnya. Dimana kehidupan sehari-hari kita adalah pembinaan dharma itu sendiri, dan dharma menjadi bagian diri sendiri yang tidak terpisahkan lagi. Satu kesatuan ini adalah dasar pembinaan yang mutlak, untuk dapat mengungkapkan intisari pemahaman ajaran Dharma Mulia yang sebenarnya.
Mereka yang telah bersungguh-sungguh untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya sebagai pembinaan dharma, mereka adalah yang pantas dinamakan sebagai ‘Mahluk Spiritual’ yang menjalankan ‘Kehidupan Spiritual’.

Leave a comment

Ketenangan Batin Menurut Ajaran Budha

Sabbam Rasam Dhammaraso Jin?ti, Sabbam Ratim Dhammarat? Jinatiti.

asa Kebenaran mengalahkan segenap rasa lainnya. Kegembiraan dalam Kebenaran mengalahkan segenap kegembiraan lainnya. (Dhammapada. 354)
Sesuai dengan ajaran penyejuk rohani yang kita tekuni selama ini, sebagai pengikut yang setia, kita selalu menemukan bisikan-bisikan rohani yang membujuk kita untuk selalu sadar setiap saat. Mengapa demikian? Sebab, apabila kita tidak memperhatikan dan menyadari akan diri kita sendiri, kita cenderung mengambil sikap yang kita anggap baik dan benar namun sesungguhnya keliru. Mari kita telusuri dengan baik apa yang akan kita temukan di dalam uraian ini.
Batin tidak mengenal Dhamma jadi panas.
Jika seseorang tidak mengenal bahkan tidak mau mengenal dan justru cara hidupnya bertentangan dengan Dhamma, maka itulah yang menyebabkan dia tidak pernah hidup bahagia. Bagaimana bisa merasakan kesejukan Dhamma, cara untuk meraih dan menikmati kabahagiaan hidup itu sendiri tidak diketahuinya. Karena tidak dikenalnya cara yang sesungguhnya (cara yang baik dan benar) untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan, maka orang menempuh cara yang salah supaya bisa memiliki dan merasakan apa yang diinginkannya. Kalau ini yang terjadi, berarti orang semacam itu tidak mengetahui tentang kebenaran dan kenyataan bahwa hidup ini terjadi karena dikondisikan oleh pikiran. Pikiran yang tidak pernah dilatih dan tidak dikendalikan, akan menyebabkan pikiran itu sendiri menjadi liar sehingga semakin sulit untuk mengenal dan merasakan kepuasan.
Karena tidak pernah tersentuh oleh siraman air Dhamma sedikitpun, maka dapat kita bayangkan betapa panasnya pikiran manusia dalam kondisi seperti itu. Apabila kondisi yang panas tersebut tidak pernah diperhatikan dan tidak dibantu dengan memberikan kondisi yang baru dan dingin, maka kebakaran dan kehangusan terjadi di dalam sampai ke seluruh tubuh.
Seseorang yang memiliki kondisi seperti di atas tidak suka memberi, anadikata mau juga hanya memberi sesuatu yang dia sendiri terlebih dahulu sudah nikmati (sisa). Jadi dia mengembangkan sesuatu yang tidak baik. Di dalam bukunya, “Human Life and Problems”, halaman 208, Bhante Dr. K. Sri Dhammananda Mah?n?yaka Thero mengatakan, “Banyak orang yang harus mengalami frustrasi dan gangguan urat syaraf sebab mereka tidak pernah melatih pikirannya untuk merasakan kepuasan. Mereka hanya mengembangkan nafsu keinginan (tanha) demi kepuasan indria saja. Bagi mereka, pengembangan adalah hanya pengambangan taƱha”.
Untuk merasakan kegembiraan, orang seperti ini mengalami kesulitan dengan munculnya berbagai hambatan, tantangan dan gangguan yang bertubi-tubi. Meraih kesegaran batin jauh dari harapan yang mungkin ada pada dirinya.
Batin Sejuk karena Siraman Air Dhamma
Kita mengetahui bahwa di waktu kita merasa haus dan kepanasan, mengharapkan ada air minum dan air untuk mandi. Demikian pula bahwa kita bisa mengerti sesungguhnya batin kita setiap saat memerlukan siraman air Dhamma untuk mengkondisikan timbulnya kesegaran rohani. Kalau batin kita sering dikondisikan dengan diisi kebutuhan-kebutuhan yang dapat menyegarkan batin itu sendiri, maka kesejukan siraman air Dhamma akan dapat dirasakan sehingga kondisi baru yang sejuk dan segar itu akan membantu memper-tahankan ketenangan pikiran. Jika pikiran bisa bertahan dalam keadaan tenang cukup lama, maka ini pertanda bahwa pikiran itu sejuk.
Dengan kondisi yang sudah dalam keadaan sejuk dan tenang, dan tetap dilatih serta dikendalikan dengan penuh pengertian, maka pikiran akan bisa diajak untuk berpikir dan bersikap menyesuaikan diri dengan segala keadaan. Seseorang akan bisa melakukan berbagai bentuk perbuatan baik bilamana pikirannya tidak kering lagi dengan siraman air Dhamma. Ia akan dapat dengan mudah mencerna berbagai hal yang perlu diproses dalam pikiran yang jernih dan akan dengan mudah pula mengambil keputusan yang sesuai. Oleh karena itu, ia dapat merasakan kesejukan Dhamma yang menjadi sumber keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, keharmonisan dan kebahagiaan hidup yang sangat sulit untuk diperoleh. Semua itu memang timbulnya dari dalam diri sendiri yang bersumber dari pikiran tenang, bersih dan jernih, tanpa noda.
Dapat menikmati keindahan Dhamma
Dhamma yang kita pelajari, yang diwariskan oleh guru agung kita Buddha Gotama adalah indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, indah pada akhirnya. Artinya, Dhamma itu tidak pernah timbul kemudian bertahan dan lenyap. Dhamma bersifat universal. Buddha hanya menemukan Dhamma itu kemudian mengajarkannya kepada umat manusia dan makhluk lain di alam semesta ini. Jadi, walaupun tidak ditemukan oleh Buddha, Dhamma itu tetap ada. Dhamma itu bisa kita kenal karena ditemukan dan diajarkan oleh Buddha. Dhamma, yang dikatakan hanya dapat dimengerti oleh orang bijaksana itu, telah dibuktikan oleh orang bijaksana pula, yaitu para Ariya Sangha. Itulah sebabnya mengapa kita, sebagai umat atau pengikut Buddha, harus menyatakan berlindung kepada Tiratana, Buddha, Dhamma dan Sangha.
Supaya kita dapat menikmati keindahan Dhamma, memang kita harus mengenal Tiratana itu dengan baik dan sungguh-sungguh. Kita menjadi penganut Buddha Dhamma yang benar-benar, kalau kita bisa mengerti konsep yang sesungguhnya tentang Tiratana dan bisa melaksanakannya pula dengan sungguh-sungguh. Kita sebenarnya bisa berbuat baik seperti Buddha, walaupun sedikit demi sedikit, dengan mempelajari dan mengerti serta dapat mempraktekkan Dhamma Ajaran Beliau.Semua hal yang berkaitan dengan Dhamma yang ditemukan Buddha dapat dipelajari melalui guru Dhamma (para bhikkhu sangha) sekaligus tuntunan cara prakteknya yang baik dan benar.
Jadi, kalau kita ingin meraih kebahagiaan kita harus mencoba terlebih dahulu untuk memiliki batin yang sejuk. Untuk memiliki batin yang sejuk kita harus bisa menciptakan kondisi yang dapat menimbulkan ketenangan pikiran. Setelah itu baru kita akan dapat merasakan keindahan Dhamma sampai akhirnya pada tingkat kebahagiaan sejati.
Pikiran tenang, Pikiran sejuk, Pikiran bahagia.





Leave a comment